OBAT ANESTHESI INHALASI
Halotan
A. PENDAHULUAN
Kata
anestesi menggambarkan suatu keadaan tidak sadar yang bersifat sementara. Anestesi dibagi menjadi dua golongan besar yaitu anestesi
umum dan anestesi lokal. Pada anestesi umum, hilangnya rasa sakit pada seluruh
tubuh disertai hilangnya kesadaran yang bersifat reversibel. Sedangkan pada
anestesi lokal, hilangnya rasa sakit hanya pada sebagian tubuh dan tidak
disertai hilangnya kesadaran.
Anesthesi
umum dapat diberikan secara inhalasi, intravena, intramuskuler, subkutan,
per-oral, per-rektal. Anestesi lokal dapat diberikan secara topikal,
infiltrasi, field block, blok saraf tepi, intravena (Bier’s technique), caudal,
epidural dan spinal analgesi.
Obat anestesi umum terdiri atas golongan senyawa kimia
yang bersifat heterogen, yang mendepresi system saraf pusat ( SSP ) secara
reversible dengan spectrum yang hampir sama dan dapat dikontrol.
Sifat – sifat
anestetik umum yang ideal adalah :
Bekerja cepat, induksi dan
pemulihan baik
Cepat mencapai anestesi yang
dalam
Batas keamanan baik
Tidak bersifat toksik
Tujuan pemberian obat –
obatan anestesi adalah untuk menghilangkan nyeri, memblokir reaksi reflek pada
proses pembedahan serta menimbulkan pelemasan otot ( relaksasi )
Obat – obatan anestesi yang
kini tersedia tidak dapat memenuhi tujuan ini secara keseluruhan, maka pada
anestesi untuk pembedahan umumnya digunakan kombinasi hipnotika, analgetika dan
relaksansia otot.
B. ANESTHESI UMUM SECARA INHALASI
1. Pengertian
Obat – obatan
inhalasi diberikan sebagai uap melalui saluran nafas. Keuntungannya adalah absorpsi
yang cepat melalui paru – paru. Pemberiannya mudah dipantau dan bila perlu
setiap waktu dapat dihentikan. Obat anestesi inhalasi umumnya digunakan untuk
memelihara anestesi.
Suatu anestetik
inhalasi disebut ideal bila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Tidak toksik pada organ
Efek samping kardiovaskular
dan respirasi minimal
Efek pada system saraf pusat
reversible tanpa efek simultant
Efektif pada oksigen
konsentrasi tinggi
Dapat digunakan pada
vaporizer standar
Obat anestesi yang diberikan akan masuk
kedalam sirkulasi darah yang selanjutnya menyebar ke jaringan, yang pertama
kali terpengaruh adalah jaringan yang banyak vaskularisasinya yaitu otak, yang
mengakibatkan kesadaran dan rasa sakit hilang. Kecepatan dan kekuatan anestesi
dipengaruhi oleh respirasi, sirkulasi dan sifat fisik obat itu sendiri. Pada
pemberian anestesi perlu diperhatikan efek obat terhadap organ-organ vital,
seperti jantung, hepar, paru dan ginjal.
Obat anestesi inhalasi dapat berbentuk
gas dan berbentuk cair yang melalui alat penguap akan diubah menjadi gas. Obat
– obatan anestesi yang diberikan secara inhalasi antara lain N2O ( Nitrouse
Oxide ), halotan, enfluran, isofluran, desfluran dan sevofluran.
2. Jenis Obat
a. Halothane
(Fluothane)
1) Deskripsi
Halothane dibuat pertama kali oleh C.W. Suckling di tahun 1951, merupakan
zat anestesi yang sangat poten dan tidak berwarna, dapat meningkatkan tekanan
intra kranial serta dapat menyebabkan relaksasi uterus. Halothane dapat menimbulkan
terjadinya halothane hepatitis, terutama bila obat ini diberikan dalam jangka
waktu pendek (pemberian berkali-kali dalam jangka waktu pendek). Induksi dan
pemulihan cepat tidak menyebabkan iritasi, tidak mengakibatkan mual, dan
berefek bronchodilator. Mendepresi jantung, menyebabkan vasodilatasi, aritmia,
mengiritasi miokard bila ada epineprin. Obat ini dimetabolisme di hepar
sebanyak 20-45%. Hasil metabolismenya berupa Br-, F-, Cl-, asam trifluoracetat,
gas chlorodifluoroetilen serta chlorotrifluoroetilen.
Halothane adalah
obat anestesi inhalasi berbentuk cairan bening tak berwarna yang mudah menguap
dan berbau harum.
2) Indikasi
Untuk
induksi anestesi dan maintenance pada anak-anak dan dewasa bersama-sama dengan
oxygen atau nitrous oxide 70%-oxygen.
3) Farmakologi
·
System
Cardiovascular
1. Menurunkan tekanan arteri
2. Menimbulkan depresi langsung pada miocardium
3. Melebarkan pembuluh darah dalam otot – otot dan juga
arteri coronaria
4. Blokade ganglion simpatikus
5. Depresi pusat vasomotor
6. Menimbulkan bradikardi yang mengakibatkan penurunan
cardiac output
7. Menimbulkan hambatan pada baroreseptor
Hal
diatas dapat menimbulkan hipotensi yang diperparah oleh :
a. Obat-obatan ganglion blocker
b. Perubahan posisi tidur dimana tubuh bagian atas lebih
tinggi dari bagian kaki (postural hipotention)
c. Kehilangan darah
d. Pelepasan cathecolamin
Gangguan irama denyut
jantung :
1. Sifat mudah dirangsang dari miocardium menjadi meningkat
:
Timbul ventrikuler
extrasistole, ventrikel tachicardi dan bahkan ventrikuler fibrilasi.
Faktor – faktor yang
menambah kemungkinan terjadinya gangguan irama denyut jantung termasuk :
·
Retensi
CO2
·
rangsangan
rasa sakit pada stadium anestesi yang ringan,
·
penyuntikan
atropin dan adrenalin.
Pernah terjadi cardiac
arrest setelah pemberian infiltrasi adrenalin pada anestesi halothane.
Pemberian adrenalin yang cukup aman ialah jika adrenalin diberikan dalalm
konsentrasi 1 : 100.000 dan dosis nya 10 ml diberikan dalam jangka waktu 10
menit secara infiltrasi dan tidak melebihi 30 ml dalam waktu 1 jam.
2. Bradicardi yang mungkin disertai dengan hipotensi.
Atropin yang diberikan
secara intravena dapat meningkatkan denyutan jantung dan menimbulkan kenaikan
tekanan darah, tapi pemberiannya harus secara pelan- pelan karena bila terlalu
cepat justru akan menyebabkan ventrikuler disritmia.
·
Sistem
Pencernaan
Kelenjar
liur, kelenjar lendir, dan cairan lambung tidak mengalami rangsangan oleh
halothane. Gerakan peristaltik usus dihambat oleh halothane, tapi terjadinya
rasa mual dan muntah pada masa pasca anestesi kadang-kadang hebat.
·
Susunan
Syaraf Pusat
Halothane
menimbulkan anestesi yang kuat pada SSP, tapi bila diberikan dalam konsentrasi
rendah daya analgesiknya rendah. Halothane meningkatkan aliran darah dalam otak
dan meningkatkan tekanan cairan cerebrospinalis.
·
Sistem
Pernafasan
Halothane
menimbulkan depresi pernafasan. Frekuensi pernafasan bertambah tapi volumenya
menurun. Bila induksi dilakukan dengan halothane dan udara biasa, tanpa oxygen,
maka dapat terjadi gangguan saturasi oxygen akibat dari hypoventilasi dan harus
dilakukan nafas buatan. Untuk mendapatkan tekanan oxygen dalam arteri yang
cukup hendaknya halothane diberikan bersama oxygen 35% atau lebih. Halothane
menimbulkan pelebaran pada bronchus sebagai akibat dari blokade pada refleks
bronkhokonstriksi.
Halothane tidak
merangsang pada bronkhus dan refleks pharink dan laring dengan cepat
menghilang. Sekresi lendir saluran nafas tidak terangsang.
·
Sistem
Otot
Relaksasi
otot perut dapat dicapai dengan stadium yang cukup dalam dan otot yang pertama
mengalami relaksasi adalah otot masester pada mulut sehingga hal ini memudahkan
tindakan laringoskopy.
·
Uterus
Halothane
dapat menimbulkan atonia uteri dan pendarahan post partum jika digunakan dalam
kasus obstetrik.
Hal ini membahayakan dan
jangan menggunakan halothane dalam kasus obstetrik, namun untuk tindakan versi
extraksi halothane sangat memuaskan.
Halothane, walaupun
diberikan hanya dalam konsentrasi 0,5% dapat menimbulkan perdarahan yang banyak
pada tindakan curretage uterus, bahkan sewaktu diberikan oxytocin sekalipun.
·
Liver
Pada
tahun 1958 pernah dilaporkan terjadinya nekrosis liver yang hebat setelah
pemberian anestesi inhalasi, juga dapat terjadi ”halothane hepatitis”
subklinis.
Setelah dilakukan
penelitian retrospektif oleh American National Academy of Sciences pada tahun
1964, maka disimpulkan bahwa terjadinya kegagalan fungsi hepar akibat halothane
itu tidak jauh berbeda dengan yang ditimbulkan oleh obat anestesi halogen yang
lain, dan pasien dengan penyakit saluran empedu itu bukan pasien yang mudah
mendapat gangguan seperti ini.
Namun
demikian, pandangan yang paling baru terhadap masalah ini adalah bahwa ada
pengaruh dari halothane yang menyebabkan terjadinya ”halothane-hepatitis”.
Terjadinya ikterus yang
sehubungan dengan anestesi halothane adalah hepatocellular. Para ahli sepakat
untuk tidak memberikan anestesi halothane secara berulang sebelum lewat 28
hari, dan bila ditemukan ikterus pasca anestesi halothane, hal ini dianggap
sebagai kontraindikasi untuk waktu yang akan datang.
Beberapa teori dari
mekanisme terjadinya ”halothane-hepatitis’ yaitu :
1. Oxidase metabolit halothane dapat mempengaruhi
antigenitas dari membran hepatocyte, yang mengakibatkan rusaknya immunology
antibody.
2. Faktor genetic dapat mempengaruhi produksi antibody.
3. Produk dari metabolisme reduktif dapat menimbulkan
keracunan langsung.
Sensitif silang antara
halothane dengan obat anestesi halogen yang lain juga dapat terjadi.
Ketidakmurnian halothane juga bisa terjadi dengan terbentuknya
dichlorohexafluorobutene sampai 0,03% dalam vaporizer dan hal ini toxic untuk
liver dan ginjal.
·
Fungsi
Ginjal
Halothane
akan menurunkan aliran darah ke ginjal dan menurunkan filtrasi glomerolus
sehingga produksi urine menurun, ini semua akibat dari hypotensi yang terjadi
oleh pengaruh halothane.
METABOLISME DARI HALOTHANE
Suatu
percobaan pada tikus yang diberi suntikan halothane secara intravena
menunjukkan terjadinya penumpukan halothane dalam liver. Pada penyuntikan
ulangan ditemukan peningkatan yang cepat dari konsentarsi halothane dalam
liver, hal ini menujukkan terjadinya rangsangan dari sistem induksi enzym.
Kenyataan yang terjadi pada manusia adalah metabolisme enzym terjadi dengan
terbentuknya trifluoracetylethanolamide-chlorobromodofluoroethylene, bromide,
chloride dan trifluoroacetic acid dalam urine. Yang terakhir ini merupakan
hasil metabolisme oxidasi utama dari halothane dan relatif non toksik.
Motabolit akan dikeluarkan dari tubuh dalam waktu yang lambat, sampai 3 minggu
baru bisa terbebas.
EFEK HORMONAL
Terjadi
peningkatan kadar hormon pertumbuhan di dalam plasma selama anestesi dengan
halothane, respon adrenocortical muncul melalui rangsangan kelenjar pituitrin
anterior. Serum thyroxine juga meningkat, tetapi hormon thyroid stimulating
dari pituitrin tidak meningkat, tetapi sensitifitas pasien terhadap insulin itu
meningkat, maka bila ada pasien diabetes yang mendapat insulin menjalani
anestesi dengan halothane harus hati-hati karena dapat terjadi hypoglicaemia
yang hebat.
KEUNTUNGAN
1. Induksi cepat dan halus
2. Tidak iritasi pada saluran nafas
3. Dapat menimbulkan pelebaran bronkhus
4. Menimbulkan vasodilatasi
5. Recovery relatif cepat
KERUGIAN
1. Obat ini sangat kuat sehingga mudah terjadi over dosis
2. Daya analgesiknya rendah
3. Dapat menimbulkan relaksasi uterus dan resiko perdarahan
yang hebat pada kasus-kasus obstetrik
4. Menimbulkan hypotensi, yang mungkin tak diduga menjadi
berat
5. Dapat menimbulkan dysrhethmia jantung
6. Dapat menimbulkan menggigil pasca anestesi yang
kadang-kadang menjadi hebat
7.
Kemungkinan toksis pada liver terutama pada pemberian
berulang
4) Dosis
·
Induksi
Induksi diberikan
bersama oxygen atau nitrous oxide70%-oxygen mulai dari
konsentrasi 0,5% dan secara bertahap dinaikkan sampai konsentrasi 2-4%.
(terutama pada anak-anak).
Alternatif lain dapat
diberikan obat barbiturat yang bekerja cepat dengan dosis hypnosis secara
intravena, tetepi penyuntikan dilakukan secara perlahan-lahan karena efek
depresi pada system cardiovaskuler dan pernafasan dari obat ini menjadi lebih
kuat bila diberikan terlalu cepat, atau obat anestesi intravena yang lain, dan
kemudian dilanjutkan dengan inhalasi halothane-oxygen atau halothane – N2O
70%-oxygen dengan konsentrasi sampai 2-4%.
·
Maintenance
Untuk mempertahankan
stadium anestesi bedah konsentrasi halothane diturunkan menjadi 0,5 - 2,0%
bersama oxygen atau N2O 70%.
5) Efek samping
·
Recovery
Recovery dari anestesi
dengan halothane terjadi cukup cepat. Terjadinya rasa mual dan muntah pada masa
pasca bedah / anestesi kadang-kadang hebat, maka harus dilakukan pengawasan dan
perawatan yang seksama untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat muntah
(umpamanya : aspirasi ), terutama pada pasien yang waktu puasa pra bedah tidak
cukup, kurang dari 8 jam (dewasa), seperti pada kasus bedah akut.
Selain daripada itu
pengamatan atau monitoring harus dilakukan sesuai standar monitoring.
Terjadinya
menggigil pada masa pasca bedah sering terjadi pada anestesia dengan halothane.
Ini ada hubungannya dengan meningkatnya tonus otot secara menyeluruh baik yang
bersifat sementara atau menetap.
Seringkali hal ini juga
ada hubungannya dengan turunnya suhu badan pasien selama pembedahan.
Untuk mencegah hal ini
dapat diberikan uap hangat ke dalam sirkuit pernafasan selama pembedahan.
6) Penatalaksanaan
·
Penggunaan
Bersama Obat Pelemas Otot
Bila
obat pelemas otot yang diberikan itu mempunyai efek blokade pada ganglion maka
penggunaanya bersama halothane harus dipertimbangkan karena akan memperberat
efek hypotensi. Obat
pelemas otot Pancuronium cukup baik digunakan bersama halothane. Halothane
dapat melawan efek dari suxamethonium, tetapi secara klinis hal ini tidak penting.
·
Cara
Pemberian
Halothane
sebaiknya diberikan bersama oxygen atau nitrous oxide 70%-oxygen dan sebaiknya
menggunakan vaporizer yang khusus dikalibrasi untuk halothane agar dihasilkan
konsentrasi uap yang akurat dan mudah dikendalikan, meskipun banyak jenis
vaporizer yang dapat digunakan untuk halothane sesuai system dan teknik
anestesi yang digunakan.
·
Premedikasi
Karena halothane
menimbulkan depresi pernafasan maka pemberian obat analgesik opium jangan
digunakan untuk premedikasi, kecuali akan dilakukan teknik pengendalian
pernafasan selama anestesi.
Pemberian atgropine
bukan untuk mencegah sekresi lendir dan salivasi tetapi bermanfaat untuk
mencegah terjadinya bradicardi dan penurunan cardiac output selama anestesi.
Bila akan diberikan obat
pelemas otot sebaiknya dipilih obat yang tidak menimbulkan blokade pada
ganglion.
Tergantung dari system
dan teknik anestesi yang akan digunakan, maka pemberian halothane itu dapat
dilakukan seperti berikut :
·
High
Gas Flow System
Sistem ini menimbulkan penghamburan halothane dan
polusi ruangan dengan uap halothane, namun banyak praktisi yang menyukai system
ini karena diangap lebih aman daripada system semi closed atau closed system,
karena konsentrasi halothane yang diberikan itu sama seperti yang ditunjuk
dalam vaporizer.
-
Karena
halothane memiliki daya anestesi yang kuat maka kedalaman anestesi dapat
dicapai secara cepat dengan halothane.
-
Karena
halothane memiliki daya analgesik yang rendah maka mungkin diperlukan tambahan
obat analgesik secara suntikan.
·
Low Gas Flow System dengan
Rebreathing
Halothane dapat diberikan dengan system
”to-and-fro” atau system ”circle absorbtion” baik semi-closed maupun closed
system.
Para Praktisi telah melakukan teknik ini
dengan memberikan aliran oxygen murni 1 liter/menit dengan konsentrasi
halothane 2 – 3 % itu memberikan hasil yang memuaskan untuk maintenance
anestesi. Cara ini lebih ekonomis dan tidak menimbulkan polusi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar